Ruang Terbuka (Rest Area Arjuna)

Arjuna adalah putra ketiga dari Dinasti Guru. Ia dikenal sebagai tokoh yang protagonis, berparas menawan, dan berhati lemah lembut. Meskipun demikian, Arjuna memiliki kemampuan memanah yang luar biasa, yang menjadikannya salah satu pemanah terbaik di Hastinapura. Keahlian dan keberaniannya di medan perang tidak tertandingi, dan ia sering kali mendapatkan bantuan serta bimbingan dari dewa-dewa. Selain itu, Arjuna juga memiliki integritas tinggi, rasa keadilan yang kuat, dan kesetiaan yang mendalam kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya, terutama kepada Krishna yang menjadi penasihat dan pembimbing spiritualnya.

Kemampuan memanahnya diperoleh dari Guru Durna di Padepokan Sukalima dan Resi Padmanaba di Pertapaan Untrayana. Namun, Guru Durna sebenarnya lebih memihak kepada Kurawa, sehingga dengan berbagai cara ia berusaha menghalangi Arjuna untuk belajar memanah. Suatu ketika, Guru Durna memberikan syarat berat kepada Arjuna: untuk menjadi muridnya, Arjuna harus memotong ibu jarinya, dengan harapan Arjuna tidak sanggup melakukannya dan tidak akan mampu memanah dengan baik. Namun, karena ketaatannya yang luar biasa, Arjuna menyanggupi dan memotong ibu jarinya. Meskipun demikian, seluruh Kurawa tetap tidak mampu menandingi kemampuan memanah sang Arjuna.

Kegemaran Arjuna adalah berkelana, bertapa, dan mengajar, sehingga ia mendapat gelar Begawan Ciptaning di Goa Mintaraga. Dalam asimilasi budaya wayang Hindu yang ditarik ke dalam wayang Islam, Arjuna diberi julukan oleh Sunan Giri yaitu Janaka  sebagai Rojauna Janaka (bahasa Arab) yang bermakna “Kami mengharap surgaMu, Tuhanku.” Julukan ini menggambarkan karakter Muslim yang lemah lembut, kuat, dan istiqomah dalam menjalani kehidupan, sebagaimana tergambar dalam sosok Janaka. Melalui perpaduan budaya ini, Arjuna atau Janaka menjadi simbol universal dari kebijaksanaan, keteguhan hati, dan kesalehan yang melintasi batas-batas agama dan budaya.

Rest Area Janaka adalah ruang terbuka dengan dinding hanya di bagian belakang, sementara bagian depan, samping kiri, dan kanan dibiarkan tanpa dinding. Desain ini dimaksudkan agar Gandhewa Arjuna dapat mengarahkan panah Pasopati ke berbagai arah, baik depan, kanan, maupun kiri, yang melambangkan masa depan yang terbuka lebar di hadapan kita. Bagian belakang yang berdinding menggambarkan bahwa masa lalu seharusnya menjadi pijakan yang kokoh untuk meraih cita-cita dan sukses, bukan untuk dijadikan tempat kembali atau mundur. Dengan demikian, Rest Area Janaka mengajarkan kita untuk selalu bergerak maju dan memandang masa depan dengan optimisme dan keyakinan.